Sabtu, 24 November 2018

Odeng


Odeng adalah makanan yang paling sering kita temui di Korea Selatan. Di toko-toko makanan, supermaket, kedai pinggir jalan, restoran hingga hotel berbintang. Pada dasarnya odeng adalah ikan yang biasanya direbus dan cara memakannya dengan menggunakan kaldu kuah panas. Itu kenapa Odeng sangat cocok untuk dimakan pada saat musim dingin tiba karena bisa menghangatkan tubuh. Biasanya Odeng disajikan dengan menusuk ikan-ikan itu dalam sebuah tusuk sate. Selain menggunakan kaldu, Odeng juga bisa dimakan dengan saus, khususnya saus kedelai.
Jika Anda ke Korea, paling tidak kita akan menemui 3 jenis Odeng. Yang pertama adalah Odeng yang dimakan dengan menggunakan kaldu. Kaldunya berasal dari racikan lobak, daun bawang dicampur dengan kepiting dan rumput laut untuk menambah rasa. Di warung-warung tenda pinggir jalan, Anda bisa makan Odeng dengan kaldu sepuasnya. Biasanya ada yang makan Odeng tidak dengan kaldu namun dengan sus merah yang pedas. Jenis Odeng yang kedua adalah Odeng yang disajikan dengan saus mustard dan saus tomat. Jenis yang ketiga disebut dengan Odeng Tang atau Eomuk Guk. Disini, ikan disajikan dalam mangkuk kaldu dengan cabai dan bawang serta kedelai. Ya, warna dan sajian Odeng memang bervarisi tergantung dimana Anda membelinya. Setiap warung dan restoran di Korea Selatan mempunyai racikan sendiri untuk menambah rasa lezat pada Odeng. Ada yang menambah sayuran, paprika, daun wijen dan lain-lain.
Kota yang terkenal dengan Odeng yang lezat adalah Busan. Disinilah Odeng pertama kali dipopulerkan yakni selama pendudukan Jepang di Busan. Restoran di Busan yang menjual Odeng adalah Busan’s Renowned Hoe House. Di tempat ini Anda bisa mencicipi Odeng Tang yang sudah disajikan sejak tahun 1968. Kaldu Odeng dibuat dari 15 bahan yang berbeda sehingga memberikan rasa yang berbeda juga. Restoran ini tepatnya berda di Sujeong-dong, buka dari siang hingga malam dan tutup setiap hari Minggu pada minggu pertama dan ketiga. Restoran yang kedua adalah Miso Odeng yang juga terletak di Busan. Meskipun baru dibuka pada tahun 2007, restoran ini memiliki banyak pelanggan. Ada beberapa pilihan Odeng di restoran ini seperti Odeng Jamur dan Odeng Cumi-Cumi. Jika Anda ingin mendapatkan pilihan odeng yang berbeda, datanglah ke Restoran Home Sweet Home di Seoul. Disini Anda akan diberikan menu lebih dari selusin jenis Odeng.

Gyeokbokgung Palace


Istana Gyeongbok pada tahun 1906.
Gyeokbokgung Palace atau Istana Gyeongbok adalah sebuah istana yang terletak di sebelah utara kota Seoul (Gangbuk), Korea Selatan. Istana ini termasuk dari 5 istana besar dan merupakan yang terbesar yang dibangun oleh Dinasti Joseon.
Istana Gyeongbok aslinya didirikan tahun 1394 oleh Jeong do jeon, seorang arsitek. Istana ini hancur pada saat invasi Jepang ke Korea tahun 1592-1598 dan dibangun lagi selama tahun 1860-an dengan 330 buah komplek bangunan dengan 5.792 kamar. Berdiri di wilayah seluas 410.000 meter persegi, Istana Gyeongbok adalah simbol keagungan kerajaan dan rakyat Korea. Setelah pembunuhan Maharani Myeongseong oleh mata-mata Jepang pada tahun 1895, Raja Gojong meninggalkan istana ini bersama anggota keluarganya yang lain dan tidak akan pernah kembali.
Pada tahun 1911, pemerintahan Jepang yang sedang menjajah Korea menghancurkan semua bangunannya kecuali 10 bangunan utama, dan membangun Bangunan Pemerintahan Utama Jepang untuk gubernur jenderal Korea di depan Ruangan Tahta.
Bangunan utama dari Istana Gyeongbok termasuk Geunjeongjeon, Ruangan Tahta Raja (yang merupakan harta nasional Korea Selatan nomor 223) dan Paviliun Gyeonghoeru (harta nasional nomor 224) yang memiliki kolam bunga teratai dan bertiangkan 48 buah tonggak granit.
Istana Gyeongbok saat ini dibuka untuk umum dan Museum Nasional Rakyat Korea (National Folk Museum of Korea) berdiri di dalamnya.
Banyak rakyat Korea yang berharap pemerintahnya dapat mengembalikan bentuk asli istana. Berkat kerja keras arkeolog, 330 bangunan berhasil dibangun kembali. Saat ini gerbang masuk istana (Gwanghwamun) sedang direnovasi untuk dibuat kembali seperti pada asalnya dan diperkirakan selesai tahun 2009.

Pulau Komodo


Pulau Komodo adalah sebuah pulau yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara. Pulau Komodo dikenal sebagai habitat asli hewan komodo. Pulau ini juga merupakan kawasan Taman Nasional Komodo yang dikelola oleh Pemerintah Pusat. Pulau Komodo berada di sebelah timur Pulau Sumbawa, yang dipisahkan oleh Selat Sape.
Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Pulau Komodo merupakan ujung paling barat Provinsi Nusa Tenggara Timur, berbatasan dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Di Pulau Komodo, hewan komodo hidup dan berkembang biak dengan baik. Hingga Agustus 2009, di pulau ini terdapat sekitar 1300 ekor komodo. Ditambah dengan pulau lain, seperti Pulau Rinca dan dan Gili Motang, jumlah mereka keseluruhan mencapai sekitar 2500 ekor. Ada pula sekitar 100 ekor komodo di Cagar Alam Wae Wuul di daratan Pulau Flores tapi tidak termasuk wilayah Taman Nasional Komodo.
Selain komodo, pulau ini juga menyimpan eksotisme flora yang beragam kayu sepang yang oleh warga sekitar digunakan sebagi obat dan bahan pewarna pakaian, pohon nitak ini atau sterculia oblongata di yakini berguna sebagai obat dan bijinya gurih dan enak seperti kacang polong.
Pulau Komodo juga diterima sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, karena dalam wilayah Taman Nasional Komodo, bersama dengan Pulau Rinca, Pulau Padar dan Gili Motang.

Sejarah

Pada tahun 1910 orang Belanda menamai pulau di sisi selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur ini dengan julukan Pulau Komodo. Cerita ini berawal dari Letnan Steyn van Hens Broek yang mencoba membuktikan laporan pasukan Belanda tentang adanya hewan besar menyerupai naga di pulau tersebut. Steyn lantas membunuh seekor komodo tersebut dan membawa dokumentasinya ke Museum and Botanical Garden di Bogor untuk diteliti.
Tahun 2009, Taman Nasional Komodo dinobatkan menjadi finalis "New Seven Wonders of Nature" yang baru diumumkan pada tahun 2010 melalui voting secara online di www.N7W.com.Pada tanggal 11 November 2011, New 7 Wonders telah mengumumkan pemenang sementara, dan Taman Nasional Komodo masuk kedalam jajaran pemenang tersebut bersama dengan, Hutan Amazon, Teluk Halong, Air Terjun Iguazu, Pulau Jeju, Sungai Bawah Tanah Puerto Princesa, dan Table Mountain. Taman Nasional Komodo mendapatkan suara terbanyak.

Sushi


Sushi (鮨, 鮓, atau biasanya すし, 寿司) adalah makanan Jepang yang terdiri dari nasi yang dibentuk bersama lauk (neta) berupa makanan lautdagingsayuran mentah atau sudah dimasak. Nasi sushi mempunyai rasa masam yang lembut karena dibumbui campuran cuka berasgaram, dan gula.
Asal usul kata sushi adalah kata sifat untuk rasa masam yang ditulis dengan huruf kanji sushi (酸し). Pada awalnya, sushi yang ditulis dengan huruf kanji 鮓 merupakan istilah untuk salah satu jenis pengawetan ikan disebut gyoshō (魚醤) yang membaluri ikan dengan garam dapur, bubuk ragi ( koji) atau ampas sake ( kasu). Penulisan sushi menggunakan huruf kanji 寿司 yang dimulai pada zaman Edo periode pertengahan merupakan cara penulisan ateji (menulis dengan huruf kanji lain yang berbunyi yang berbunyi sama).

Jenis

Sushi pada umumnya digolongkan berdasarkan bentuk nasi, antara lain nigirizushi, oshizushi, chirashizushi, inarizushi, dan narezushi.

Nigirizushi

Makanan laut segar (pada umumnya mentah) diletakkan di atas nasi yang dibentuk dengan menaruh nasi di telapak tangan yang satu dan membentuknya dengan jari-jari tangan yang lain. Nori sering dipakai untuk mengikat neta agar tidak terlepas dari nasi. Lauk yang diletakkan di atas sushi juga bisa dalam keadaan matang seperti tamagoyaki atau belut unagi dan belut anago yang sudah dipanggang.
Pada mulanya, edozushi adalah sebutan untuk sushi yang menggunakan hasil laut Teluk Tokyo, tetapi sekarang sering digunakan untuk menyebut nigirizushi. Di Hokkaido yang terkenal dengan hasil laut, istilah namazushi (生寿司, sushi mentah)dipakai untuk sushi dengan neta mentah. Istilah ini dipakai untuk membedakannya dari sushi asal daerah lain yang sering merebus lebih dulu neta seperti udang yang mudah kehilangan kesegarannya.

Neta untuk nigirizushi

  • Ikan: aji (selar), iwashi (lemuru), kajikimaguro (marlin), katsuo (cakalang), karei (ikan lidah atau ikan sebelah mata kanan), salem), saba (ikan kembung), sanma (saury), suzuki (kerapu), kakap, hamachi (ikan sunglir, nama bergantung usia ikan, bisa disebut buri atau kanpachi), ikan hiramasahirame (ikan sebelah), toro (daging perut yang berlemak dari ikan tuna atau tongkol), mekajiki (todak), ikan ainame.
  • Kerang: aoyagi (bakagai), akagaihotategai (tiram), hokkigai (ubagai), mirugai (mirukui), tsubu.
  • Belut: anagounagi
  • Udang: amaebi, blacktiger, kuruma ebi, lobster, botan ebi
  • Kepiting (rajungan): zuwaiganitarabagani
  • Telur ikan: ikuratobiko
  • Cumi-cumi, uni (bulu babi), dan gurita
  • Aburage, kanikamaboko (kamaboko daging kepiting tiruan), kampyo (serutan labu yang dikeringkan), mentimun, dashimaki, natto (kedelai fermentasi), neri ume (saus buah plum), negitoro (cacahan daging ikan tuna dengan daun bawang), tsukemono (sayuran hasil fermentasi).
Sushi yang dijual di kaitenzushi mempunyai banyak variasi neta yang bukan asli Jepang, seperti miniburg (daging isi hamburger), berbagai macam jenis daging seperti charsiu, ikan tuna kaleng, dan avokad.

Cara makan

  • Nigirizushi dinikmati dengan mencelup sedikit bagian neta ke dalam kecap asin.
  • Nigirizushi umumnya dimakan dengan tangan, walaupun boleh-boleh saja dimakan memakai sumpit.
  • Nigirizushi biasanya dimakan dengan sekali suap.

Teknik mengepal nasi

Ada beberapa teknik mengepal nasi yang merupakan seni keterampilan yang harus dikuasai ahli sushi (寿司職人 sushi shokunin):
  • Tegaeshi:
    • Hon tegaeshi
    • Ko tegaeshi
    • Tate gaeshi
    • Yoko tegaeshi
  • Oyayubi nigiri
Berdasarkan kekuatan tangan sewaktu mengepal, bentuk nasi bisa berupa bentuk silinder (tawaragata), kotak persegi empat (hakogata), dan kapal (funegata).
Di restoran kaitenzushi, nasi yang sudah dibumbui dibentuk secara otomatis menggunakan mesin sushi, bahkan ada nasi bentukan mesin yang sudah diberi wasabi atau diikat dengan nori. Mesin pembuat sushi ada juga yang terlihat seperti tempat nasi tradisional dari kayu agar penikmat sushi mendapat kesan seolah-olah makan sushi yang dikepal oleh ahli sushi sungguhan.

Makizushi dan Inarizushi di supermarket Jepang.

Makizushi

Sushi berupa gulungan nasi berisi potongan mentimun, tamagoyaki dan neta lain yang dibungkus lembaran nori. Nasi digulung dengan bantuan sudare (anyaman bambu bentuk persegi panjang).
Makizushi dibagi menjadi:
  • Hosomaki: gulungan berdiameter minimum 3 cm hanya berisi satu jenis neta(misalnya mentimun atau tuna).
  • Futomaki: gulungan berdiameter di atas 5 cm berisi berbagai macam neta.
  • Temakizushi: nasi digulung sendiri dengan nori sebelum dimakan, neta juga dipilih sendiri dari piring.
Di daerah Kansai terdapat tradisi ehomaki untuk mengundang keberuntungan pada Hari Ekuinoks Musim Semi. Satu gulung utuh Futomakizushi harus dimakan sambil menghadap ke arah mata angin keberuntungan. Ketika memakannya, orang juga dilarang mengeluarkan suara atau berbicara. Tradisi ini mulanya dipopulerkan oleh asosiasi pedagang sushi pada tahun 1970-an.

Nama-chirashi, atau chirashizushi dengan bahan mentah.

Chirashizushi

Nasi sushi dimakan bersama neta berupa makanan laut dan sayur-sayuran yang dipotong kecil-kecil. Nasi sushi tidak dibentuk melainkan diisikan ke dalam wadah dari kayu, piring atau mangkuk. Chirashizushi merupakan salah satu masakan rumah yang populer di Jepang untuk memperingati hari-hari istimewa seperti ulang tahun anak-anak dan perayaan Hina Matsuri.
Di daerah-daerah lain di Jepang, chirashizuhi mempunyai banyak nama lain seperti suzushi di Prefektur Kagoshima, matsurizushi di Prefektur Okayama, tekonezushi (di Prefektur Mie), bahkan ada daerah-daerah tertentu yang menghias chirashizushi dengan buah-buahan seperti potongan apel, jeruk, dan ceri.

Sasazushi (salah satu tipe oshizushi), adalah sushi yang dibungkus daun bambu.

Oshizushi

Nasi disusun bersama neta yang dipres untuk sementara waktu dengan maksud memadatkan nasi agar sushi yang dihasilkan berbentuk persegi panjang yang lalu dipotong-potong agar mudah dinikmati. Oshizushi ada juga yang dibungkus daun bambu lalu dipres untuk sementara waktu, antara beberapa jam sampai satu malam. Nama-nama oshizushi yang populer antara lain:
  • Sabazushi berisi ikan kembung yang mempunyai beberapa nama lain seperti battera di Prefektur Osaka atau bozushi di Kyoto
  • Masuzushi di Prefektur Toyama
  • Oshizushi ikan Funa dari Prefektur Mie
  • Sanmazushi dan Gozaemonzushi dari Prefektur Tottori
  • Iwakunizushi dari Prefektur Yamaguchi

Narezushi

Sushi zaman kuno adalah ikan yang dilumuri garam dan nasi, lalu dibiarkan hingga terfermentasi. Funazushi dari Prefektur Shiga dan hatahatazushi dari Prefektur Akita adalah dua contoh sushi asal zaman kuno. Ada pula narezushi yang ditambah ragi untuk membantu proses fermentasi, contohnya kaburazushi dari Prefektur Ishikawa dan Izushi dari Hokkaido.
Kaburazushi adalah jenis sushi yang tidak dibentuk bersama nasi. Sushi dibuat dengan menjepit irisan ikan mentah di antara dua lembar irisan lobak kabura. Setelah itu, sushi disusun di dalam tong kayu berisi campuran nasi tanak bercampur ragi. Lama fermentasi selama beberapa hari. Kaburazushi dimakan dengan tidak mencuci nasi hasil fermentasi yang menempel.

Inarizushi

Inarizushi

Nasi sushi dibungkus aburage yang sebelumnya sudah dimasak bersama kecap asin dan gula. Inarizushi tidak berisi ikan atau lauk lain karena aburage sudah merupakan sumber protein. Inarizushi berasal dari kuil Toyokawa Inari di kota Toyokawa, Prefektur Aichi.

Variasi

Sushi daerah Kansai

Sushi di daerah Kansai umumnya lebih mementingkan perpaduan rasa antara nasi dan lauk daripada kesegaran ikan. Pedagang sushi membuatnya agar rasa tidak mudah berubah kalau dibeli untuk dibawa pulang. Di antara sushi khas Osaka adalah hakozushi (oshizushi), barazushi (gomokuzushi) dan berbagai macam makizushi, dan battera (sushi ikan kembung).

Sushi bungkus daun kesemek khas Nara dan Wakayama.

Sushi bungkus daun

Sushi ikan kembung yang dibungkus daun pohon persimon dari Prefektur Nara dan Wakayama adalah jenis sushi tahan lama.

Tahu Tek

to navigationJump to search

Tahu tek adalah salah satu masakan khas kota Surabaya. Tahu tek terdiri atas tahu goreng setengah matang dan lontong yang dipotong kecil-kecil dengan alat gunting dan garpu untuk memegang tahu atau lontong, kentang goreng, sedikit taoge, dan irisan ketimun dipotong kecil-panjang (seperti acar), lalu setelah disiram dengan bumbu di atasnya, ditaburkan kerupuk udang yang bentuknya kecil dengan diameter sekitar 3 cm.
Potongan tahu dan lontong kemudian disiram dengan bumbu yang terbuat dari petis, air matang secukupnya, kacang tanah, cabai, dan bawang putih. Bumbu diulek, yaitu ditumbuk sambil diaduk dengan ulekan dalam cobek cekung besar terbuat dari batu (bentuknya seperti mangkuk besar), sampai bumbu ini harus sangat kental. Petis yang digunakan dianjurkan petis dari Sidoarjo, karena terasa lebih enak dan asli sesuai dari daerah asalnya (Surabaya berbatasan langsung dengan Sidoarjo).
Dinamakan tahu tek karena gunting yang digunakan untuk memotong bahan masakan (tahu, lontong, kentang, dan telur) dibunyikan terus seakan memotong, walaupun bahan makanan telah habis dipotong, sehingga seperti berbunyi tek..tek..tek.
Pada mulanya hidangan ini oleh penjual tahu tek dihidangkan dengan porsi terbanyak adalah tahu goreng setengah matang yang digunting kecil-kecil dan kentang, untuk perkembangan sekarang dalam menghidangkan, si penjual tahu tek memberi lontong yang digunting-gunting kecil sebagai bahan terbanyak untuk satu porsi makanan tahu tek. Tahu tek merupakan makanan yang ditawarkan keliling karena belum pernah ada warung yang menyediakan makanan tahu tek ini.
Dalam beberapa variasi yang ada di Jakarta, penjual tahu tek juga menyediakan tahu telur yang dibuat dengan menggoreng tahunya bersama adonan telur.


Berikut Resep Membuat Tahu Tek Khas Surabaya :

Bahan-bahan:

1 porsi
  1. 3 sendok makan Kacang Tanah
  2. 1 sendok teh Petis Udang/petis madura
  3. 1/2 siung Bawang Putih
  4. 3 batang Cabe Rawit
  5. 1 butir Telur Ayam
  6. 3 buah Tahu
  7. secukupnya Timun
  8. secukupnya Tauge
  9. secukupnya Bawang Goreng (Bawang Merah)
  10. secukupnya Kecap Manis
  11. secukupnya Lontong
  12. secukupnya Garam

Langkah:

15 menit
  1. 1. Ulek kacang goreng, bawang putih, cabe rawit dan garam. Campurkan petis ke dalam kacang yang sudah dihaluskan hingga merata. Campurkan kecap secukupnya.
     
     

  2. 2. Potong lontong dan tahu dengan bentuk kotak. Potong telur sesuai selera. Biasanya,lontong, tahu dan telur dipotong pake gunting (makanya bunyinya tek tek tek terus dinamain tek tek).
  3. 3. Tambahkan kecambah dan timun diatas potongan lontong, tahu dan telur.
  4. 4. Siram dengan saus kacang. Taburkan bawang goreng. Siap disajikan.